Kasus Meninggal Akibat Wabah Campak di AS Bertambah
Wabah campakyang melanda Amerika Serikat menambah korban jiwa. Kini korban tewas menjadi dua orang dengan lebih dari 200 orang terinfeksi campak.
Diberitakan AFP, total sebanyak 228 kasus campak dilaporkan hingga Jumat (7/3). Texas melaporkan 198 kasus, sementara New Mexico 30 kasus. Masing-masing mengonfirmasi satu kasus kematian dan keduanya tidak divaksin sebelumnya.
Lihat Juga :![]() |
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kasus kematian campak dari wabah ini dilaporkan pada 26 Februari 2025. Kasus tersebut menjadi yang pertama dalam satu dekade, dengan lebih dari 130 orang terjangkit kala itu.
Meski penyebab kematian resmi belum dirilis, tapi CDC telah mengklasifikasikannya sebagai kematian terkait campak. CDC pun menekankan akan langkah pencegahan mengingat musim perjalanan di musim semi dan musim panas sudah dekat.
"Mereka harus waspada terhadap kasus penyakit ruam demam yang memenuhi definisi kasus campak dan berbagi strategi pencegahan campak yang efektif, termasuk panduan vaksinasi untuk pelancong internasional." ungkap CDC seperti dilaporkan AFP.
Campak merupakan penyakit yang memicu demam, gejala pernapasan dan ruam. Dalam kasus lebih berat, campak dapat mengakibatkan sejumlah komplikasi termasuk pneumonia, radang otak sampai kematian.
Lihat Juga :![]() |
Penularan campak terjadi lewat droplet atau percikan dari orang yang terinfeksi. Droplet ini bisa bertahan dua jam di udara meski penderitanya sudah meninggalkan lokasi.
Vaksinasi jadi perlindungan terbaik dari campak. Namun tingkat imunisasi telah menurun di AS terutama sejak pandemi Covid-19.
Kematian terkait campak sebelumnya terjadi pada 2015. Seorang perempuan di Washington meninggal akibat pneumonia yang disebabkan virus.
(afp, els/end)(责任编辑:休闲)
- OJK Pastikan CDI Milik Prajogo Pangestu Bakal Masuk Bursa Lewat IPO
- Harga Bitcoin Tembus US$105.000, Dekati Rekor Tertinggi Sepanjang Masa
- Jokowi Sebut Pengalihan Subsidi BBM Digunakan Pembangunan Insfrastruktur Vital
- Harga Bitcoin Tembus US$105.000, Dekati Rekor Tertinggi Sepanjang Masa
- Susi: Budaya Berkonstitusi Bukan Hanya pada Rakyat, Tapi Para Pemimpin Negara
- 288 Cagar Budaya Asal Indonesia Pulang dari Belanda, Bisa Dilihat di Museum Nasional
- Tak Selamanya Tol Laut Berdampak Positif, Ini Tantangan yang Harus Diatasi Pemerintah
- Peluang Heru Budi Kembali Jabat Pj Gubernur Jakarta Lewat Usulan DPRD
- Bangun 101 Kampung KB, Gayo Lues Integrasikan Pembangunan Desa dengan Intervensi Penurunan Stunting
- Sidang Gugatan Rizieq Shihab Rp5,246 Triliun ke Jokowi Ditunda, Begini Kata Istana
- Kemenkes Temukan Lagi Bullying PPDS Unsrat di RS Kandou, Langsung Bekukan Prodi Penyakit Dalam
- Wanita Paruh Baya Tewas Tertabrak Kereta Bandara Di Jakbar, Begini Kata KAI
- Rektor Universitas Indonesia (UI) Gratiskan Uang Kuliah Anak Dosen dan Tendik yang Lolos UTBK
- Dewan Pers: Pengaduan Masyarakat Soal Pemberitaan Negatif Mengenai PKPU Nyaris Tidak Ada
- Kembali Gelar APSAT 2025, ASSI Dorong Inovasi dan Kolaborasi Industri Satelit
- Syarat Penerima Bantuan Pangan Non Tunai 2024, Mekanisme, dan Prosedur Cek di Sini
- Kemenkes Temukan Lagi Bullying PPDS Unsrat di RS Kandou, Langsung Bekukan Prodi Penyakit Dalam
- Geger Warga Tanjung Priok Temukan Benda Mirip Granat, Setelah Dicek Gegana Ternyata...
- Bareskrim Polri Pastikan Bakal Usut Kasus Denny Indrayana dengan Profesional
- Layanan Air Bersih Tak Kunjung Meningkat, Legislator DKI Minta Pemprov Segera Cari Solusi